CACAK AHMAD ; kepingan kecil sejarah rock Surabaya

Kalau kita menyebut kota Surabaya, tentu dalam bayangan kita akan tervisualisasi sebuah kota penuh sejarah. Sebuah kota yang tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Kota yang tersohor karena semangat heroik warganya dalam melawan penjajahan Belanda meski dengan senjata seadanya. Senapan-senapan mesin serta bombardir dari tentara kolonial Belanda cukup dilawan dengan bambu runcing para pejuang kemerdekaan. Surabaya adalah kota Pahlawan. Untuk mengabadikan peristiwa 10 November 1945 tersebut Kelompok Bintang Sandiwara pada tahun 1928 menciptakan sebuah lagu berjudul Surabaya. Lirik asli lagu tersebut telah diubah oleh A.Rachman yang notabene adalah ayah dari dua personil Dara Puspita yaitu Titiek dan Lies yang juga berasal dari Surabaya. Lagu tersebut kemudian dipopulerkan oleh band wanita yang pernah malang-melintang di panggung internasional yaitu Dara Puspita pada tahun 1964. Penulis sampai sekarang belum berhasil mendapatkan dokumen yang berisi lirik asli lagu tersebut. Selain Dara Puspita tersebutlah Koes Plus yang juga menciptakan lagu berjudul Surabaya yang bercerita tentang heroisme para pemuda kota tersebut pada masa itu. 

Pada perkembangannya, Surabaya bukan hanya terkenal sebagai kota perjuangan tetapi juga sebagai kota barometer musik yang tidak bisa dilepaskan dari bagian sejarah perkembangan musik rock di Indonesia. Setelah era Dara Puspita tersebutlah AKA, SAS, The Gembel's dan Lemon Trees yang begitu melegenda, belum lagi para musisi kelahiran Surabaya yang turut andil meramaikan sejarah dunia permusikan tanah air. Pada era 1980 an masa keemasan musik rock tanah air bahkan dimulai dari Surabaya yaitu sejak diadakannya Festival Musik Rock tingkat nasional yang hampir rutin diadakan setiap tahun mulai 1984. Penggagasnya adalah seorang promotor yang begitu mencintai musik rock yaitu Log Zhelebour. Tak sedikit band-band yang sekarang melegenda merupakan jebolan dari festival tersebut. Penulis mengamati bahwa  jika kota-kota besar lain kebanyakan mengawali pergerakan musik rock dari even bawah tanah akan tetapi di Surabaya justru berawal dari even besar terutama pada saat memasuki era 1990 an. 

Pada kesempatan ini penulis ingin mengangkat seorang musisi rock berasal dari Surabaya yang namanya seolah-olah tenggelam diantara para musisi seniornya. Dia adalah seorang vokalis rock bernama Ahmad Nur. Jika mendengar nama tersebut tentu para pembaca terutama yang bukan berasal dari Surabaya akan sangat asing. Penulis sendiri mengenal dia sewaktu masih bersama band nya yaitu MACAN dan untuk ukuran vokalis rock saat itu dia mempunyai karakter tersendiri yang tidak dipunyai vokalis-vokalis rock Indonesia pada umumnya. Penulis berkesempatan untuk mewawancarainya via daring dan menuangkan dalam bentuk artikel supaya publik bisa lebih mengenal lewat perjalanan musikalnya... yaaahhh ini semacam mini otobiografi lah.

Pria kelahiran Surabaya yang bernama asli Mochamad Nur ini menyukai musik sejak bangku Sekolah Dasar. Atas ketertarikan terhadap musik terutama rock ini Ahmad mulai membentuk band bocah sejak SMP. Untuk menguji kemampuan nge band nya mereka sering mengikuti berbagai festival. Hingga akhirnya pria yang gemar membaca ini berhasil mendapatkan predikat Vokalis Terbaik pada Festival Band remaja se Jawa dan Bali pada tahun 1987. Memasuki masa SMA, Ahmad mulai belajar memasuki dunia bisnis hiburan dengan gabung dengan beberapa band dari Surabaya. Menjadi anak band inilah dia bisa merasakan tur keliling Jawa serta luar Jawa dan mendapatkan penghasilan secara profesional sebagai musisi. Saat itu dia bersama band nya memainkan karya-karya musisi lain di setiap panggung. Dikarenakan merasa jenuh dengan men kover lagu orang setiap pentas, maka pria yang juga hobi olah raga ini mencoba peruntungan ke ibu kota. Di Jakarta Ahmad berusaha menawarkan lagu-lagu ciptaannya ke beberapa produser dan di sela-sela itu dia tampil menyanyi di panggung-panggung kecil. Sekitar 18 bulan dia berjuang di Jakarta tetapi tanpa membuahkan hasil akhirnya dia pulang kampung ke Surabaya.

Di Surabaya dia membentuk band bernama GA' SPIERRO GYRASS yang beraliran rock bersama Agung Harley (gitar), Tono Restu Utomo (keyboard), Aries Kelana (bass) dan Deddy Boe (drum). Band ini menunjukkan kehandalannya dengan selalu meraih juara I pada setiap festival yang diikuti. Lagi-lagi Ahmad menyabet gelar vokalis terbaik pada Festival Band Pelajar Mahasiswa se Jawa Timur dua tahun berturut-turut yaitu 1993 dan 1994. Berarti penilaian penulis tidak salah terhadap kualitas suara Ahmad... hehe. Tak sampai hanya mandeg main di berbagai festival, band ini sempat membuat demo lagu sendiri tetapi karena sesuatu hal proses ini terhenti.

Kedahsyatan warna vokal Ahmad ini pula selanjutnya menarik perhatian seorang Gatuk Gondes yang kita kenal sebagai ex gitaris Surabaya Rock Band (SRB) untuk diajak bergabung dalam satu band baru. Selanjutnya Gatuk merekrut mantan personil Well's Crew band yaitu Yessi Limpar (gitar) dan Pramudya Chandra (yang awalnya gitaris menjadi bassis). Band bentukan baru tersebut diberi nama BOE BOE. Dalam bermusik mereka sepakat untuk membawakan karya orisinil sendiri dan dalam prosesnya saat main dari panggung ke panggung selain lagu orang dibawakan tetap mempromosikan lagu-lagu ciptaan sendiri. Tepat setahun kebersamaan mereka maka band berhasil menghasilkan sebuah master album yang direkam di Natural Studio Surabaya. Berbekal master album tersebut mereka mencoba peruntungan ke Jakarta dan tentunya yang dituju adalah Log Zhelebour. Sekilas info, waktu itu disaat para produser enggan untuk memproduksi album-album bergenre rock hanya Log saja yang berani melakukannya. 

line up MACAN album I dan II

Musik racikan Boe Boe band ternyata menarik perhatian Log selanjutnya dilakukan penandatanganan kontrak jual putus album pertama pada tahun 1996. Pada tahun 2000 dirilislah album debut band yang kemudian berganti nama MACAN. Album tersebut bertitel Yang Pertama dengan hits single Sampai Kapan yang cukup populer saat itu. Album debut tersebut cukup menarik perhatian khalayak rock saat itu termasuk penulis sendiri. Atas kesuksesan album perdana itu maka pihak Log memperpanjang kontrak untuk perilisan album kedua. Tapi setelah proses recording, mixing, mastering serta produksi kaset entah kenapa album kedua tak kunjung jua dirilis oleh pihak Log. Dan master album kedua itupun sampai sekarang masih di tangan Log.  Karena terlalu lama mereka menunggu kepastian kapan dirilisnya album kedua, akhirnya Macan berinisiatif untuk recording ulang seluruh materi album dengan sistem live track. Tanpa menunggu lama dirilislah album kedua yang diberi judul Dua Arah melalui label indie. Penulis sebelum membuat artikel ini sempat menghubungi Gatuk Gondes untuk mendapatkan CD album tersebut, ternyata dia sudah tak ada satupun menyimpan fisiknya. 

diskografi album Macan tanpa yang kedua

Kebersamaan rocker yang dikaruniai 2 orang putra ini bersama Macan selama 13 tahun akhirnya berakhir setelah ada tawaran dari manajemen Power Metal untuk mengisi kekosongan vokalis setelah ditinggal Arul Efansyah. Pada mulanya Ahmad menolak, tapi justru para personil Macan mendorongnya untuk menerima tawaran itu. Tepat tahun 2007 Ahmad resmi menjadi vokalis Power Metal dan beberapa kali mengguncang panggung rock lokal. Selanjutnya Power Metal berencana merilis album IX dan Ahmad ikut berperan dalam proses recording nya. Ketika materi album menyisakan mixing dan mastering tiba-tiba Arul berniat kembali ke Power Metal. Melalui pertemuan internal antara Ahmad, Ipunk serta manajemen Power Metal akhirnya Ahmad memilih untuk mengundurkan diri karena tidak cocok dengan formasi dua vokalis dalam satu band. 

Ahmad bersama Power Metal dalam suatu
even tanggal 25 Maret 2009

Setelah cabut dari Power Metal, rocker gondrong ini tetap menekuni profesi sebagai penyanyi. Bersama para musisi tenar asal Surabaya antara lain Jon Jimat (TIC band), El Thono (Shadow) Johanes Dandu (Devadata) dan Mugix Adam (Power Metal,Kalingga) menjadi cover band dari pentas satu ke pentas lainnya. Lagi-lagi Ahmad merasa tak puas dan bosan hanya dengan menyanyikan lagu-lagu orang lain. Suatu ketika di tahun 2010 Ahmad memutuskan untuk berkarir solo tetapi dengan format band. Artinya dia tetap sebagai leader sekaligus frontman sedangkan personil band bisa siapa saja. Langkah awal dia merekrut para musisi muda bertalenta asal Surabaya antara lain Monic (gitar), Djoyo (gitar), Derry (bass), Wiwit (keyboard) dan Tjandra (drum). Pada suatu kesempatan Ahmad bertemu dengan Sawung Djabo dan dari konsultasi mendalam itu tercetuslah untuk memberi nama proyekan solo tersebut yaitu CACAK. Cacak sendiri dalam terminologi bisa berarti yang dituakan atau yang bisa menjadi panutan. 

line up CACAK album pertama

Tahun 2010 itulah CACAK resmi terbentuk, dan segera melakukan proses berkarya sambil sesekali performing di panggung untuk memperkenalkan diri di depan khalayak rock Surabaya. Album debut CACAK akhirnya rilis pada tahun 2012 dan diberi judul My Live,My Freedom via indie label. Sebagai band baru dengan album perdana ternyata penjualan album debut tersebut terhitung sangat baik dengan terjual sebanyak 1200 keping CD. Perkembangan selanjutnya gonta ganti personil mewarnai perjalanan CACAK. Meski begitu CACAK masih sempat meraih prestasi juara I dan juara umum pada Festival Band tingkat Nasional yang diselenggarakan ormas OI di Leuwinanggung. 

Hasrat untuk selalu berkarya tak pernah lepas dari diri rocker yang saat ini berusia 50 tahun. Meski dalam suasana pandemi yang menyusahkan, tahun ini CACAK merilis album kedua yang diberi judul Project #2. Musisi yang turut andil dalam band yang bertransformasi menjadi CACAK showROCKboyo adalah Iqbal IMC (Jecovox) serta Endro Endraswara ( ex Power Metal, Sexy Rock, Laskar Metal). Musik yang ditawarkan tidak ada bedanya dengan album pertama yaitu tetap hard rock dengan sentuhan heavy metal. Semoga album kedua ini bisa juga diterima oleh khalayak rock khususnya Surabaya dan nasional secara umum.

line up CACAK showROCKboyo

Dari uraian artikel di atas bisa disimpulkan bahwa secara tidak langsung Ahmad berperan besar dalam scene musik rock di Surabaya bahkan nasional. Penulis tidak perlu me review album-album dari CACAK ini karena secara kualitas keseluruhan sangat baik dan seharusnya layak mendapat penghargaan dari pecinta rock dengan membeli album tersebut. 

dua album CACAK

Terakhir Ahmad menyampaikan " sekarang kita hanya bisa menunggu sampai berakhirnya pandemi, agar bisa terus bertahan dalam dunia musik rock Indonesia."

SALUT BUATMU DAN TERUS BERKARYA TANPA MENYERAH DENGAN KEADAAN.TERUS MAJU MUSISI ROCK INDONESIA....


" ayo support karya Musisi Rock Indonesia dengan membeli rilisan fisik asli baik itu kaset/CD dan merchandise, jangan membajak atau membeli bajakan."




Posting Komentar

0 Komentar