25 TAHUN DEATH VOMIT

 Nge band itu bukan suatu hal yang sederhana dan mudah. Band amatiran maupun serius apalagi profesional sama-sama akan terlilit berbagai macam problematika baik internal maupun eksternal. Penulis sendiri sekitar 28 tahunan menjadi anak band bersama berbagai macam band meski amatiran merasakan dinamika tersebut. Menyatukan ide musikal berbagai macam kepala meski sama hitamnya bukanlah perkara mudah. Belum lagi masing-masing personil pasti membawa attitude yang berlainan. Ibarat kata semakin berisi suatu tanaman maka semakin kuat angin menerpanya. Tinggal akar tanaman ini bagaimana, jika kokoh dan kuat maka sekencang apapun angin menerpa ya tak akan goyah apalagi rubuh. Lah? kok malah main pepatah? Bercermin dari God Bless yang saat ini merupakan band rock tertua di Indonesia dan masih eksis sampai sekarang. Perjalanan karir bermusik selama 47 tahun juga sebenarnya tak utuh karena sempat beberapa tahun vakum. Ataupun Slank yang baru saja berulang tahun ke 37 dalam perjalanannya juga mengalami pasang surut. Selain dua band tadi sebenarnya banyak band-band lawas yang berusaha eksis lagi. Ada yang berhasil memikat kembali para penggemar lama dan bertahan tapi tidak sedikit yang hanya muncul sesaat seolah-olah just say hello kemudian hibernasi kembali. Yang lebih ironi lagi ada band rock lawas yang sebenarnya mempunyai basis penggemar cukup militan malah tutup buku tahun ini karena ditinggal para personilnya. 

Tahun 2020 ini merupakan tahun eksisnya virus corona dan berhasil memporak-porandakan segala sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia. Tidak terkecuali dunia permusikan atau band-band an. Even-even besar tahunan semuanya postponed tak terkecuali even-even kecil tingkat Kabupaten ataupun musik live di kafe-kafe. Tentu hal ini membawa dampak ekonomi bagi para pelaku musik. Stop! penulis dalam artikel ini bukan ingin membahas tentang covid19 yang entah kapan berhenti eksisnya beserta dampaknya. Ini artikel musik man....

Pada kesempatan ini penulis akan menelusuri kembali 25 tahun perjalanan musikal band death metal legendaris dari Jogjakarta yaitu Death Vomit. Tahun ini merupakan tahun perak bagi Death Vomit. Dalam artikel ini penulis tidak akan menguraikan sejarah Death Vomit karena di tulisan terdahulu sudah pernah ada (silakan cari di blog ini bagi yang belum baca). Artikel ini menitik beratkan pada hal-hal yang berkaitan dengan album terakhir yang dirilis bersamaan dengan ulang tahun ke 25 Death Vomit yaitu tanggal 29 Juli 2020. Penulis sendiri mempunyai kedekatan secara emosional dengan Death Vomit beserta para personilnya sehingga perlu untuk menulis artikel tentang band ini sehingga bisa menarik bagi para pembaca setia blog musik ini. 

Menurut Sofyan Hadi, gitaris sekaligus vokalis Death Vomit, keinginan band untuk merilis album baru sudah muncul sejak awal tahun 2019. Maka frontman yang doyan nonton film horor ini mulai memikirkan konsep lagu-lagu dalam album studio ke-empat nanti. Awal mula tercetuskan tema lagu-lagu yang bernuansa tahun kegelapan yang dialami bangsa Indonesia pada 1965. Pada perkembangannya tema ini bergeser pada sesuatu yang lebih gelap layaknya film horor. Struktur smua lagu yang dibuat bassist Death Vomit, Oki Hariwibowo, menghantar daya pikir imajinatif nan fiksi Sofyan melayang jauh pada suatu masa kerajaan antah berantah. Growler yang juga menggemari band-band progresif jadul ini memunculkan sosok seorang raja yang selalu taat akan perintah Tuhan-nya. Sang raja akan selalu membela Tuhan-nya meski dengan jalan peperangan. Akan tetapi ketika dalam peperangan membela Tuhan tersebut justru memakan banyak korban dan rakyatnya. Pada akhirnya sang raja merasa bahwa Tuhan yang selama ini diagungkan tidak sebanding dengan dirinya sendiri. Sang raja merasa bahwa segala upaya di dunia ini atas usaha dia sendiri tanpa adanya campur tangan Tuhan. Atas dasar plot fiksi inilah Dominion Over Creation yang merupakan ide drummer Death Vomit, Roy Agus dipilih sebagai titel album.

Penggarapan materi-materi lagu sendiri akhirnya dimulai sejak Maret 2019. Pada tanggal 29 Juni 2019 penulis mendapat kiriman berupa bocoran 1 lagu yang sudah fix dan ternyata berjudul Where The Devil Blessed. Lagu oldschool death metal yang belum pernah ada di album-album sebelumnya. Penggarapan aransemen yang sangat matang di lagu tersebut dan terpisah dari album Forging A Legacy. Hanya segelintir orang yang penulis perdengarkan materi lagu baru tersebut dan semua berkomentar " keren, sangar, oldschool!!" Penulis mengikuti proses kreatif Death Vomit dalam recording bahkan dalam salah satu sesi latihan penulis merupakan satu-satunya personil di luar manajemen Death Vomit yang melihat mereka memainkan beberapa lagu baru. Masih ingat saat itu Sofyan merencanakan waktu perilisan album ditarget bulan Oktober 2019. 

Selama proses tersebut Death Vomit mendapat tawaran naik panggung dalam even KL MetalCamp tanggal 25 Agustus 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia mendampingi band death metal yang berasal dari New York Amerika, Immolation. Death Vomit merasa even ini merupakan kesempatan memperkenalkan beberapa lagu dari album terakhir sebelum dirilis. Tetapi apa lacur, beberapa hari menjelang even mereka dapat berita dari EO Malaysia bahwa even tersebut di banned pemerintah setempat. Sampai sekarang memang even-even extreme metal bawah tanah  pasti berhadapan dengan kebijakan pemerintah Malaysia. Kita harus menghormati kebijakan tiap-tiap negara. Yang lucu, karena tiket pesawat PP serta akomodasi selama di Malaysia sudah dibayar lunas oleh panitia, maka personil Death Vomit tetap berangkat ke Malaysia, hitung-hitung piknik gratis kata mereka....hehe. Sebenarnya yang lebih parah dialami oleh Immolation karena kedatangan mereka beserta kru dan equipment komplit untuk manggung dan ternyata kedatangan mereka hanya untuk setor muka. Tapi akhirnya Immolation justru bisa beraksi menggetarkan panggung metal di Boyolali Jawa Tengah. 

Kendala tehnis sana sini akhirnya mengharuskan Death Vomit menunda perilisan album baru mereka. Salah satu contoh, pada saat take vokal mereka dalam kondisi belum pernah main di venue manapun. Setelah main di even Headbanger #8 tanggal 5 Oktober 2019 di Sukoharjo dan Bertuah Fest tanggal 29 Oktober 2019 di Jogjakarta, manajemen band merasa bahwa tone vokal Sofyan lebih berisi daripada hasil recording. Mau tak mau Sofyan harus take vokal ulang yang merupakan proses terakhir setelah take drum, bass dan gitar, semuanya demi hasil yang terbaik. Terdapat momen unik yang tidak terdapat dalam proses recording album-album sebelumnya. Sofyan terlihat belajar olah vokal kepada seorang guru vokal, setelah penulis konfirmasi ternyata dia ingin belajar tehnik bagaimana bisa melafalkan bait lirik dalam satu tarikan nafas. Prakteknya ternyata sulit dilakukan karena dia sendiri seorang gitaris merangkap vokalis...hehe.... Akhirnya proses recording sendiri terselesaikan pada bulan Desember 2019. Setelah proses recording selesai, tahap selanjutnya adalah mixing dan mastering dimana Death Vomit menunjuk Arif Wahyu Ramadhan (gitaris dan vokalis band Tumenggung) sebagai oknum yang bertanggung jawab. 

 Memasuki awal tahun 2020 penulis [lagi-lagi] mendapat bocoran kabar bahwa Death Vomit akan menjadi salah satu head liner di even rock akbar Jogjarockarta tanggal 1 Maret 2020 disamping dua head liner utama yaitu Scorpions dan White Snake. Mengetahui hal ini penulis semangat dan menyempatkan waktu untuk bertandang ke Jogjakarta ingin menyaksikan Death Vomit membawakan materi album baru di panggung. Penulis juga hadir saat final reherseal di markas sekaligus studio Death Vomit menyaksikan persiapan mereka. Terdapat tiga lagu baru yang rencananya akan mereka bawakan di panggung Jogjarockarta. Lagi-lagi manusia berhak membuat rencana tapi takdir Alloh lah yang berkuasa. Dengan adanya kendala tehnis dan non tehnis terutama cuaca yang tidak mendukung akhirnya penampilan Death Vomit dibatalkan. Dan ternyata even Jogjarockarta 2020 merupakan even musik berskala internasional terakhir tahun ini setelah pemerintah Indonesia menyatakan bahwa negara kita termasuk terdampak pandemi covid19. Sebelum negara menyatakan terdampak pandemi sebenarnya penulis berhasil melobi sebuah perusahaan rokok untuk menjadi sponsor penuh dalam rangka tur launching album baru Death Vomit pada bulan Juli 2020 di Pontianak. Pihak band sudah dihubungi, saat proses penunjukan EO untuk even tersebut selisih seminggu negara menyatakan Indonesia terdampak pandemi dan segala aktivitas yang melibatkan kerumunan massa dilarang, maka buyarlah impian untuk membuat sejarah pertama kali Death Vomit manggung di Kalimantan Barat. Nasiibb....nasiiibbb...

Penulis bersama Death Vomit

Meski dihantui penyebaran virus covid19, akhirnya Death Vomit benar-benar merilis album ke-empat Dominion Over Creation melalui acara direct selling di sebuah kafe bertepatan ulang tahun band yaitu 29 Juli 2020. Sebelumnya tanggal 24 Mei 2020 Death Vomit merilis single Where The Devil Blessed melalui channel youtube mereka. Album ini sendiri dirilis oleh label mereka sendiri yaitu Dementedmind Records. Sebelum album terakhir ini dirilis dalam bentuk compact disc sebenarnya penulis sudah mendapatkan semua materi lagu dalam format digital file. Secara kualitas output sound disini Arif Wahyu Ramadhan menunjukkan kelasnya tersendiri sebagai seorang sound engineering. Saat album Forging A Legacy dirilis penulis pernah berkomentar bahwa sound nya dahsyat tapi ternyata album terakhir ini lebih dahsyat. Sound yang lebih soft daripada album sebelumnya ternyata tidak membuat materi lagu-lagu dalam album terbaru melembek. Dengan formula oldschool death metal nya Death Vomit berhasil membuat karya yang terasa lebih megah sekaligus riff-riff mematikan khas tanpa membuat telinga sakit saat menyimak. Perbedaan mencolok terasa pada sound drum. Selama penulis mendampingi Death Vomit baik saat manggung maupun latihan sound drum Roy seolah-olah telah menjadi signature sound dan itu terdapat dalam album Forging A Legacy. Pada album terakhir ini semua bisa diatasi sehingga sound dari berbagai instrumen terdengar balance dan menyatu, demikian keterangan vokalis Death Vomit yang juga menggemari musik AOR ini. 



Kedahsyatan album Dominion Over Creation rupanya menarik minat sebuah label dari China yaitu Graboid Of The Ground Records untuk merilis album tersebut dalam format kaset pita. Kesempatan ini tentunya makin membuat Death Vomit semakin meng internasional secara penjualan album. Seperti kita ketahui album sebelumnya juga pernah dirilis oleh sebuah label dari Amerika Serikat dalam format CD. Death Vomit sendiri juga berencana untuk merilis album terbaru ini dalam format kaset pita dan sedang on progress. Proses kreatif Death Vomit di masa pandemi ini tak terhenti sampai disitu saja. Pada tanggal 24 November 2020 mereka merilis video klip official dari single Ancient Spell Of Evil yang disutradarai oleh Jeffry Alfiandika dan diproduksi oleh Dementedmind Records melalui channel official youtube Death Vomit. Dari kacamata sinematografi video klip ini mempunyai kualitas yang ciamik dan tentu saja bernuansa gelap sesuai dengan judul lagu.   


Dari uraian sebelumnya, setelah panggung terakhir di Jogjakarta tanggal 29 Oktober 2019 Death Vomit mengalami paceklik manggung selama setahun penuh. Otomatis lagu-lagu dari album terakhir belum pernah sama sekali dibawakan di atas panggung. Kerinduan meliar di panggung akhirnya terobati saat Death Vomit diundang sebagai salah satu head liner dalam acara Extreme Moshpit Awards tanggal 28 November 2020 di Bandung meski tampil online dan tanpa penonton. Meski mereka tidak meraih kemenangan satupun kategori nampaknya Death Vomit cuek bebek saja dan tetap tampil maksimal. What the meaning of award ? 


Tak cukup berkiprah di jagat metal selama seperempat abad dengan merilis album baru, menutup tahun ini salah satu label dari Jogjakarta, GSP Records juga merilis sebuah box set yang berisi dokumentasi musikal mereka selama ini. Menurut Sofyan yang juga seorang kolektor kaset pita ini, box set yang berisi perjalanan karir 25 tahun Death Vomit ini dibuat secara detail dan elegan dan hanya dicetak 250 copy saja. Selama kurun waktu dua bulan label tersebut mengumpulkan materi-materi demo sejak tahun 1995. Kemudian materi-materi tersebut di mixing ulang untuk meningkatkan kualitas sound nya. Lagi-lagi semuanya dikerjakan oleh Arif Ramadhan. Kumpulan lagu-lagu demo ini dirilis dalam format kaset pita. Selain itu terdapat pula CD dan kaset the best yang berisi kompilasi dari 4 album studio Death Vomit. Untuk melengkapi 3 item tadi disertakan pula sertifikat keaslian, booklet, poster serta foto-foto kenangan Death Vomit. Box set ini seharusnya menjadi koleksi wajib bagi fans militan Death Vomit.


Sebelum mengakhiri tulisan ini penulis berupaya me review kembali perjalanan musikal Death Vomit dalam bentuk catatan prestasi band ini yang belum bisa dicapai band-band death metal lain. PERTAMA Death Vomit merupakan band death metal pertama yang merilis DVD konser yang diberi titel Flames Of Hate dan dirilis oleh Rottrevore Records pada tahun 2009. KEDUA Death Vomit adalah band death metal pertama yang telah melakukan konser ke benua lain yaitu Australia. KETIGA Death Vomit adalah band death metal pertama yang dua albumnya telah dirilis oleh label luar negeri. 

25 tahun bukanlah perjalanan dalam satu band yang singkat. Konflik internal maupun eksternal pasti akan selalu menyertai perjalanan tersebut. Belajar dari band-band legendaris Indonesia yang sampai sekarang masih bertahan adalah menjadikan band sebagai rumah. Di dalam rumah adalah anggota keluarga. Kemanapun dimanapun para anggota keluarga tersebut beraktivitas diluar maka seharusnya tetap akan kembali ke rumah. Long live Death Vomit.

SELAMAT TAHUN BARU 2021


sumber foto-foto :

copyright 2016 AdiSulistyanto, copyright 2017 Dody Gerbanz, Death Vomit Official.


supported by :




Posting Komentar

1 Komentar

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)